PERINGATAN : Cerita ini bertema Cinta Anak Laki-laki dan LGBTQ. Ditujukan untuk pembaca dewasa yang menyukai tema-tema ini. Jika Anda merasa cerita ini mengganggu, silakan tinggalkan cerita ini.
Bijaksanalah dalam memilih bacaan Anda!
Angin musim gugur menggoyangkan dahan-dahan pohon berwarna kuning kecokelatan. Pohon poplar menari-nari, menggugurkan daun-daun yang tidak tahu di mana akan jatuh. Dari sekian banyak daun yang jatuh, satu daun mendarat tepat di atas kepala seorang anak laki-laki yang berambut pirang.
Penasaran, anak laki-laki itu mengambil benda tipis berwarna cokelat itu. Angin sepoi-sepoi menari-nari di rambut pirangnya dalam cahaya jingga. Daun dalam genggamannya jatuh ke tanah bersamaan dengan tiga mobil yang memasuki halaman. Berhasil menarik perhatian anak laki-laki itu, ada keinginan untuk memanggil ibunya ke dalam rumah, namun, seorang pria tampan dan tegap dalam setelan hitam dengan rompi hitam usang, syal biru kehijauan gelap melingkar sempurna di bahunya yang kokoh. Anak laki-laki itu terpaku di tempatnya, bahkan ketika pria itu dan anak buahnya yang berwajah garang mengikutinya dari belakang.
Lelaki itu menundukkan tubuhnya sedikit menatap wajah manis yang matanya tak berkedip, ketika jarak antara dirinya dan bocah berambut pirang itu tinggal setengah meter, hanya untuk tersenyum manis di ujung usapan lembut surai hitam bocah itu dan terus berjalan menuju rumah bercat putih dengan pintu biru arktik itu. Lelaki-lelaki berjas hitam dengan wajah garang berlalu begitu saja di dekat bocah itu.
“Ibu!” teriak anak laki-laki berambut pirang itu memanggil ibunya, saat itulah segerombolan lelaki itu sudah berkumpul di depan rumahnya.
Pintunya terbuka, memperlihatkan seorang wanita cantik dengan rambut pirang gandum sampai ke punggungnya, mengenakan gaun rumah berpinggang tipis.
"Joe, jangan berteriak seperti---" kata-kata wanita itu terhenti, wajah cantiknya tiba-tiba memucat melihat kehadiran laki-laki yang tidak ingin ia temui lagi.
Senyum, lebih seperti seringai, muncul di wajah tampan pria itu. Dia mengikis jarak dengan ibu anak laki-laki pirang itu, tetapi tanpa sadar dia melangkah mundur.
Anak laki-laki berambut pirang itu tidak tahu apa yang terjadi di depan rumahnya, sampai ibunya berteriak memberi tanda bahaya. "Joe, lari!!!"
Mata anak laki-laki itu berkaca-kaca, ketakutan menerpa dirinya bagai angin musim gugur yang kencang menghantam pepohonan.
Instruksi sang ibu mengaktifkan otak anak laki-laki itu untuk berlari. Anak laki-laki pirang itu segera berbalik, anggota tubuhnya yang kecil dipaksa untuk melangkah cepat menjauh dari rumahnya. Sebelumnya, ia teringat seseorang, ibunya masih di sana. Si kecil Joe tidak akan berlari, tidak bersama ibunya.
Despite the world seeing his perfect life as a multitalented actor, Joey Carter has been living a double life since he was born into the world. Being the pet of Domenico Cassano---the 'Ndrangheta mafia boss---blinds Joey to the other side of the man who is notorious by those who know him.
Comments (0)
See all