Pukul lima pagi Nita sudah bangun, mandi dan mengganti pakaiannya lagi dan bersiap-siap untuk pergi. Ia menunggu Huangta bangun untuk berpamitan dan berterima kasih karena sudah menolongnya.
“kepalaku agak sakit. Mungkin karena kelelahan karena kemarin. Apa Huangta belum bangun ya? Aku tunggu sebentar lagi saja deh.” Ucap Nita sambil duduk di sofa.
“ah? Kau sudah bangun? Kau sudah mau pergi?” tanya Huangta sambil berjalan menghampiri Nita. Rambutnya masih berantakan karena baru bangun tidur.
“kamu baru bangun? Aku akan segera pergi. Terima kasih sudah menolongku. Aku pasti akan kembali lagi kesini untuk membalas semua kebaikan yang sudah kamu berikan padaku.” Kata Nita sambil membungkukan badannya dan tersenyum pada Huangta. Kemudian ia beranjak pergi.
Huangta menatap Nita lekat.
“ah tunggu!” ucap Huangta pada Nita sambil menahan tangan Nita.
“ya? Ada apa?” tanya Nita sambil menoleh ke arah Huangta.
“Kurasa kau harus tinggal disini hari ini.” Ucap Huangta sambil memegangi dahi Nita.
“kenapa memangnya? Aku baik-baik saja kok Huangta.” Kata Nita sambil memegangi dahinya sendiri setelah Huangta. “ini hanya panas sedikit. Kurasa sebentar juga akan reda panasnya.” Tambahnya sambil tersenyum.
“wajahmu pucat seperti hantu. Kalau kubiarkan, kau akan jadi hantu sungguhan diluar sana.” Kata Huangta sambil berjalan ke arah dapur.
Nita terdiam menatapnya. “aku sungguh baik-baik saja Hua Tang.” Kata Nita yang merasa tidak enak jika harus merepotkan Huangta lagi.
“kalau begitu bayar kebaikanku dengan seluruh uang yang kau punya. Maka akan aku izinkan kamu pergi sekarang” ucap Huangta sambil mengulurkan tangannya tanda meminta.
Nita menatap Huangta dengan matanya yang mulai sayu. “Huangta? Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?” kata Nita dengan suara lirihnya.
“Tinggalah disini sampai kau membaik! Itu saja.” ucap Huangta sambil menghampiri Nita yang terlihat semakin lemas.
“sudah aku duga kau akan menjadi tambah parah.” Kata Huangta sambil menempelkan kompres penurun panas pada dahi Nita dan menarik tangan Nita untuk kembali.
Nita hanya menuruti Huangta dan duduk di sofa. Kemudian tak lama Huangta membawakan semangkuk bubur dan obat untuk Nita. “makanlah! Kemudian istirahatlah!” kata Huangta sambil beranjak pergi.
“aku harus pergi bekerja. Makanlah buburnya kemudian minumlah obatnya. Jangan pergi kemanapun sebelum aku kembali. Kau mengerti?” kata Huangta.
“aku pergi dulu.”
“Terima kasih Huangta. Hati-hati dijalan.” Ucap Nita lirih sambil mulai menyantap bubur buatan Huangta. Kemudian meminum obat yang Huangta berikan, setelah itu ia tertidur.
Comments (0)
See all