Please note that Tapas no longer supports Internet Explorer.
We recommend upgrading to the latest Microsoft Edge, Google Chrome, or Firefox.
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
Publish
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
__anonymous__
__anonymous__
0
  • Publish
  • Ink shop
  • Redeem code
  • Settings
  • Log out

KELAM : CERITA DIBALIK PINTU 402

SEKELEBAT BAYANG

SEKELEBAT BAYANG

Feb 20, 2020

Esok harinya seperti biasa Pai berangkat ke kampus sebelum jam 12 siang. Hari ini dilewati dengan biasa saja. Hanya tugas kuliah yang semakin banyak karena dia harus mengambil mata kuliah yang belum selesai untuk bisa melunasi hutang sebelum mengambil skripsi.

“Eh, kalian tau gak rumor yang beredar sekarang?” tanya Ina.

Sekarang mereka berempat sedang berada di kantin kampus. Jam empat sore pun kampus masih tetap saja ramai dengan mahasiswa yang baru beres kuliah atau yang mengambil kelas karyawan pada malam hari.

“Emang apaan, Na?” tanya Risa

“Katanya nih, apartemen yang lu tempatin itu berhantu tau.” ucap Ina padaku.

“Serius lu?” tanya Herman.

“Serius, gue tau dari anak-anak kelas gue. Kan tadi gue iseng ngomong sama mereka kalau Pai baru pindah kesana, nah salah satu temen gue bilang gitu.” terang Ina.

Pai yang mendengarnya hanya terdiam, sedang memikirkan lelucon apa lagi yang Ina gunakan sekarang.

“Lu mau ngegosip receh gitu, Na. Gue mah gak akan percaya sama gituan.” jawab Pai.

“Ih si anjir, gue beneran kali ngomongnya. Ya kalau gak percaya bodo amat. Kan ntar juga lu yang kena. Awas aja kalau nelpon gue malem-malem karena takut!” ancam Ina.

“Udah-udah, ko malah berantem gitu ih.” lerai Risa.

“Tenang aja Pai, lu bisa telpon gue kapan aja. Asal pas gue lagi gak tidur aja ya, soalnya gak akan gue angkat. Hehe” kata Herman.

“Ha ha ha lucu Man” ejekku.

“Eh tapi serius deh, tadi juga gue mau cerita nih. Masa ya kan kemarin gue begadang tuh sampe subuh lah kalo gak salah. Nah pas udah mau tidur, ada yang nangis dong.” cerita gue masalah yang tadi malam ke mereka.

“Tuh kan gue bilang apa, pasti angker itu apartemen!” teriak heboh si Ina.

“Yakali Na, masa iya baru sehari gue disana udah digangguin. Mungkin tetangga kali.” sanggahku.

“Mungkin sih” ucap Herman. “Eh bentar, emang apartemen temboknya tipis gitu sampe suara tangisan atau ngobrol juga kedengeran?” sambungnya lagi.

Kita semua langsung melirik Herman yang dari tadi dengan polosnya makan mie ayam sambil mainin handphone.

“Hah, gimana Man?” tanya Ina.

“Apanya?”

“Itu tadi lu bilang apaan?” tanya Pai.

“Tembok kamar lu emang setipis apa sampe suara di kamar sebelah kedengeran? Kan itu apartemen jadi gak mungkin setipis triplek kali.” jawab Herman.

“Iya juga sih ya.” kata Ina.

Pai yang mendengarkan itu langsung terdiam dan memikirkan perkataan Herman. ‘Ya juga sih ya, gak mungkin kalau tembok apartemen setipis itu sampai terdengar. Atau mungkin karena larut malam jadi suara sekecil apapun terdengar? Ah tapi itu juga gak mungkin.’

Tetapi percakapan itu tidak bertahan lama dan berganti membicarakan hal lain. Karena menurut Pai, kemungkinan logika itu selalu ada dan dia tidak mau mempermasalahkan sesuatu yang sepele.


★★★


Hari mulai senja dan perkuliahan telah usai, tetapi Pai dan sahabat-sahabatnya masih betah untuk berlama-lama di kampus. Lumayan wifi gratis untuk mengunduh beberapa stok hiburan di rumah, begitu pikir mereka.

Di gedung kampus lantai dua terdapat tempat yang dikhususkan untuk mahasiswa berkumpul atau sekedar menikmati fasilitas internet. Lantai yang biasa disebut oleh mahasiswa Red Floor itu berada di bagian belakang gedung perkuliahan dan dekat dengan gedung olahraga. Jadi tidak heran kalau disana selalu berisik, entah itu dari mahasiswa yang berkumpul di Red Floor ataupun berasal dari gedung olahraga.

Jam menunjukkan pukul 6 sore dan terlihat sekitar lima belas mahasiswa masih berkutat dengan gadget entah hanya berkumpul, menonton, mengunduh ataupun sedang mengerjakan tugas kuliah. Begitu juga Pai dan teman-temannya pun sedang asik bercanda.

“Eh Pai, kalau ternyata emang di tempat lo ada hantunya gimana?” tiba-tiba Ina bertanya. Dia masih saja kepikiran dengan masalah tadi siang.

“Huh? Apanya yang gimana?” tanya Pai balik.

“Iya lo mau gimana kalau ternyata rumor itu beneran? Kan lo belum ada seminggu disana.” jawab Ina.

“Ya gak mungkin kali. Lo itu kebanyakan mikir yang aneh-aneh deh Na. Gak ada yang kaya gitu di dunia ini, gak masuk logika.” bantah Pai

“Eh jangan sompral lo, didatengin baru tau rasa!” kata Ina.

Risa yang dari tadi mendengarkan obrolan mereka hanya diam memandang lurus kedepan tanpa mengacuhkan dua temannya yang sedang sibuk berdebat itu, sedangkan Herman sekarang entah dia ada dimana.

Entah berapa lama mereka terus berdebat tentang benar atau tidaknya rumor tersebut, Pai tetap saja menyangkal apa yang Ina percayai hanyalah takhayul semata. Sedangkan Ina hampir menjadi gila karena temannya itu tidak ingin mempercayai apa yang dia katakan. Hingga akhirnya dia menelusuri pencarian di internet tentang rumor apartemen itu.

“Nih baca sama lo, biar tau gimana seremnya apartemen lo itu.” Ina menyerahkan telepon pintarnya itu pada Pai.

“Jangan percaya apa yang lo liat di internet, karena gak semua yang lo baca itu bener.” kata Pai tapi masih tetap menyambut handphone milik Ina dan mulai membaca artikel tentang rumor kawasan apartemen itu.

‘Apartemen Happycal yang dikenal sebagai apartemen termurah dibandingkan dengan apartemen lainnya itu, ternyata juga menyimpan banyak misteri. Diketahui bahwa kawasan tempat dibangunnya apartemen itu mempunyai sejarah yang panjang. Didirikan diatas sebuah pemandian tertua di kota *** yang dibongkar pada tahun 2009 lalu itu, banyak mengalami kejadian gaib disana. Warga mempercayai bahwa itu akibat makhluk-makhluk gaib penunggu pemandian tersebut tidak rela tempat yang biasa ditinggalinya itu dibongkar.
Menurut keterangan saksi mata, dia menceritakan kejadian saat penjaga pemandian suruhan dari pengembang bangunan Happycal untuk menebang pohon yang berada di sekitar kawasan. Dia terlihat berlari ketakutan mendatangi warga yang bias berkumpul di dekat kawasan itu dan bercerita bahwa dia baru saja didatangi semacam hantu. Padahal hari itu masih pagi. Penjaga tersebut bercerita bahwa ia tiba-tiba dihampiri sesosok lelaki yang terlihat menyeramkan dengan hidung bolong dan mata yang hampir keluar. Dan sosok itu berbicara dengan bahasa setempat, ‘ Kenapa ini dibongkar. Awas kalau mengganggu patung ini. Hati-hati.’
Patung yang dimaksud patung menyerupai dewa yang membawa trisula di tangannya. Sementara itu, sekitar setahun setelahnya juga ada kejadian gaib lainnya. Seorang mahasiswi yang kebetulan bangunan kampusnya terletak dekat dengan kawasan apartemen ini, mengalami kesurupan. Saat itu ia, dari pagi hingga sore diam di sekitar kolam, lalu berendam. Warga hanya menduga kalau itu warga setempat jadi tidak ambil pusing. Tetapi sore harinya, sejumlah teman kampusnya menyusulnya. Mereka mencari mahasiswi tersebut karena sulit dihubungi. Ketika dijemput mahasiswi tersebut dalam keadaan berendam lengkap dengan pakaiannya. Setelah mau dibawa pulang, wanita itu marah-marah lalu kesurupan.’

Setelah membaca artikel yang terpampang di layar handphone itu, alis Pai bertautan seolah sedang mencerna informasi yang dia terima. Dia masih belum terlalu percaya dengan apa yang tertulis disitu, baginya mistis itu hanya bualan semata dan kadang orang-orang bercerita hanya untuk hiburan saja.

“Bentar, nih ada lagi yang lebih serem. Lo tau, banyak banget kejadian di tempat itu?” ada jeda di perkataan Ina. “Banyak kejadian misterius disana, kaya dulu waktu pembangunan ada cerita katanya dua orang pekerja meninggal di lokasi gara-gara jatuh dan masuk ke tempat cor semennya, terus katanya beberapa tahun sesudahnya ada yang meninggal di sana gara-gara bunuh diri. And guess what, where they found the body? Di bangunan sayap timur, di gedung keenam. Lantai lo tinggal. Tapi mereka gak nyebutin nomer kamarnya sih.” lanjut Ina dengan menggebu-gebu.

“Masa sih? Cuman kebetulan aja kali.” sanggah Pai yang masih belum begitu yakin.

“Tau ah, lo mah dibilangin tetep aja ngeyel. Awas aja kenapa-kenapa jangan telpon gue.” dan akhirnya Ina menyerah dengan kenaifan Pai.

Sementara itu, tanpa mereka sadari saat tengah berargumen, di samping mereka, Risa terdiam dan memandang kosong ke arah taman. Herman yang baru saja datang setelah tadi ternyata sedang berkumpul dengan anak-anak skateboarding.

“Lo kenapa Sa? Bengong amat, awas kesambet lo!” tanya Herman

“Gak tau tuh dari tadi si Risa bengong mulu.” sahut Ina

mithasnatadipura
Lemopai

Creator

Comments (0)

See all
Add a comment

Recommendation for you

  • Secunda

    Recommendation

    Secunda

    Romance Fantasy 43.2k likes

  • Silence | book 2

    Recommendation

    Silence | book 2

    LGBTQ+ 32.3k likes

  • What Makes a Monster

    Recommendation

    What Makes a Monster

    BL 75.1k likes

  • Mariposas

    Recommendation

    Mariposas

    Slice of life 220 likes

  • The Sum of our Parts

    Recommendation

    The Sum of our Parts

    BL 8.6k likes

  • Siena (Forestfolk, Book 1)

    Recommendation

    Siena (Forestfolk, Book 1)

    Fantasy 8.3k likes

  • feeling lucky

    Feeling lucky

    Random series you may like

KELAM : CERITA DIBALIK PINTU 402
KELAM : CERITA DIBALIK PINTU 402

1.1k views3 subscribers

Pai, Mahasiswi yang baru saja pindah ke sebuah apartemen murah namun super lengkap fasilitasnya yang berada persis di belakang kampus. Awalnya sih dia senang karena harga sewa yang menurutnya murah itu bisa membuat dia merasakan hidup mewah seperti teman-temannya itu. Sampai suatu hari, dia dikejutkan dengan beberapa kejanggalan seperti suara tangisan di malam hari, suara kaca jendela yang seperti digaruk dengan tangan. Atau yang lebih parah beberapa penampakan yang benar-benar mendatanginya setiap malam.

Adakah cerita dibalik apartemen itu? Kenapa Pai yang selalu diganggu?
Subscribe

8 episodes

SEKELEBAT BAYANG

SEKELEBAT BAYANG

106 views 0 likes 0 comments


Style
More
Like
List
Comment

Prev
Next

Full
Exit
0
0
Prev
Next