Hening menggantung di panggung Ravenmoor Theatre. Tubuh Elijah masih tergantung, kini ditutupi kain hitam. Seluruh penonton telah dievakuasi, dan kini hanya tersisa kami berdua—aku dan Arthur—beserta pihak otoritas lokal serta para pemain dan kru yang terlihat bingung, tegang, dan sebagian mencoba menyembunyikan ketakutan mereka.
Arthur melangkah mendekatiku, catatan kecil di tangannya.
“Aku sudah minta daftar seluruh orang yang terlibat di balik pertunjukan malam ini, Doyle,” ujarnya pelan.
“Bagus,” jawabku, mengambil catatan itu. “Ini saatnya kita mengenal para aktor yang mungkin menulis naskah kematian sesungguhnya.”
Daftar itu terdiri dari lima nama. Lima wajah yang tadi berdiri di panggung, sebagian besar kini duduk di kursi baris depan, ditanyai satu per satu oleh petugas.
Valentin Reikner – Sutradara panggung. Usianya sekitar 50-an, berambut kelabu dengan sorot mata tajam. Dikenal sangat perfeksionis, dan tak segan menghardik aktor yang tak mengikuti arahannya. Rekam jejak konflik dengan Elijah sudah bukan rahasia.
Elisa Dobrev – Aktris utama wanita. Sosok elegan dan karismatik, namun dibalik pesonanya tersimpan rahasia. Diketahui memiliki hubungan gelap dengan Elijah yang dikabarkan memburuk beberapa minggu terakhir.
Andrei Vaskov – Kakak laki-laki Elijah. Seorang penulis naskah panggung yang cenderung pendiam. Konon, ia tengah menulis versi naskah baru yang—menariknya—diubah akhir ceritanya secara drastis.
Adelaide Hesse (A.H) – Operator sistem otomatisasi suara dan pencahayaan. Wanita muda yang tampak tenang, namun penguasaan teknisnya tak diragukan. File suara yang diputar otomatis saat tirai dibuka— datangnya dari sistemnya.
Jonas Kappel – Kepala properti. Pria tua yang telah lama bekerja di Ravenmoor Theatre. Paham setiap tali, mekanik, dan jebakan panggung. Meski tampak tua, penglihatan dan ingatannya masih tajam.
Aku dan Arthur berdiri mengamati kelima orang itu. Di sela gumaman para petugas yang mencatat keterangan, aku berbisik padanya.
“Mereka semua berada di tempat yang sama malam ini, memainkan peran mereka… Tapi hanya satu yang mungkin menulis adegan terakhir ini.”
Arthur menanggapi, “Atau mungkin dua.”
Aku menatapnya, menyipit. “Maksudmu?”
Dia menjawab, “Lihat ekspresi mereka. Tak semuanya takut karena kematian. Ada yang takut karena kita di sini.”
Aku memperhatikan satu per satu. Elisa tampak gelisah, kakinya tak berhenti bergoyang. Adelaide menunduk dalam, tangan kirinya terus mengusap pergelangan tangan. Valentin berdiri kaku, seolah mengatur napasnya. Danrei hanya duduk memeluk map naskah—erat sekali.
Jonas... hanya menatap kosong ke lantai panggung.
Salah satu dari mereka, atau mungkin lebih, tahu apa yang sebenarnya terjadi malam ini.
Arthur menarik nafas, “Mereka adalah pemain teater. Kebohongan adalah bagian dari keahlian mereka.”
Aku tersenyum samar, “Tapi kebenaran... akan membuat mereka lupa caranya berakting.”
Dan malam ini, panggung Ravenmoor bukan lagi untuk pertunjukan. Tapi untuk interogasi.
Ravenmoor, kota tua di Eropa bagian Timur yang memiliki gedung gedung tinggi menjulang bak gedung geudng gothic tahun 90an. Doyle Ford dan Arthur Ford (saudara sekaligus partner nya dalam menelesaikan kasus) berlibur kesana untuk menonton teater dari sang Aktor Terkenal -Elijah Vaskov. Namun, nampaknya kesenangan itu hanya bertahan sementara.
Sang Aktor ditemukan tewas saat drama terakhir dimainkan. Panggung yang penuh tepuk tangan itu perlahan mulai terdengar jeritan panik dna histeris. Semua penonton seketika amburadul. Doyle dan Ford seketika beranjak dari kursi penonton dan melakukan apa yang arus mereka lakukan, walaupun ini tidak ada dalam daftar kegiatan yang hendak mereka lakukan.
Comments (0)
See all