Suasana ruang interogasi sementara di belakang panggung Ravenmoor Theatre mulai dingin. Kami telah memanggil dua nama berikutnya dari daftar kru yang terlibat malam itu: Andrei Vaskov, kakak Elijah sekaligus penulis naskah, dan Elisa Dobrev, aktris utama wanita—dan mantan kekasih Elijah.
Aku dan Arthur duduk berhadapan. Cahaya remang dari lampu studio tua menggantung tepat di atas kepala mereka, menciptakan bayangan panjang di dinding.
[Interogasi – Elisa Dobrev]
Doyle: "You didn't seem shocked when Elijah was found hanging."
Elisa: "I'm an actor. We're taught to control our expressions."
Arthur: "Lipstick on the dressing room mirror. Is that yours?"
Elisa: "I don't know what you mean..."
Doyle: “Then we'll find the answer ourselves.”
Tak banyak yang bisa kami gali darinya. Jawabannya kering, seolah menjaga naskah yang belum selesai.
Setelah Elisa pergi, giliran Andrei duduk di bangku. Sorot matanya kosong.
Doyle: "Your brother rejected the script you wrote?"
Andrei: "He thinks he's bigger than my story. But... that doesn't mean I want him dead."
Arthur: "You know how he hangs on?"
Andrei: (silence)
Kami tahu kami tak akan mendapatkan pengakuan... belum sekarang.
Saat Andrei keluar, Arthur memandangku dengan serius.
"Ada yang menggangguku sejak awal."
Aku mengangkat alis. "Apa itu?"
Ia menarik kembali berkas foto otopsi Elijah, dan menunjuk pada wajah sang aktor.
"Lihat ini... senyuman itu terlalu kaku, terlalu presisi. Bahkan saat orang meninggal karena tergantung pun, otot wajah tak membentuk ekspresi seperti ini."
Aku mengangguk pelan. "Kau berpikir senyumnya... dimanipulasi?"
Arthur menatapku tajam. "Aku pikir ini bukan senyum kematian. Ini... buatan."
Kami segera kembali ke lokasi jenazah, yang masih dibaringkan di ruang penyimpanan jenazah sementara di teater. Bersama tim forensik lokal, kami meminta izin untuk melakukan pemeriksaan ulang.
Aku mengenakan sarung tangan. "Periksa pipi bagian dalamnya... lihat apakah ada benda asing."
Petugas forensik mengangguk dan mulai membuka mulut Elijah dengan hati-hati.
Beberapa menit hening... lalu terdengar suara kecil:
“There's something here.”
Ia mengangkat sebuah pelindung mulut tipis transparan, seperti mouthguard yang biasa digunakan petinju. Namun di bagian tengahnya... terdapat lapisan silikon keras yang menekan bagian dalam pipi dan menarik sudut bibir.
Arthur menatapku. “Kita menemukan alat pembuat senyum palsu…”
Aku menarik napas dalam. “Seseorang ingin menulis akhir kisah Elijah, bahkan hingga ke wajahnya.”
Tim forensik mencatat semuanya. Luka ligatur tetap jadi penyebab utama kematian, namun penambahan alat ini menunjukkan adanya elemen teatrikal yang dirancang dengan presisi. Pembunuh ingin menciptakan ilusi, bukan hanya pembunuhan.
Arthur berdiri dan berjalan menuju jendela ruangan. Hujan mulai turun lagi di luar, seperti menggiring babak baru.
Ia berbicara pelan, seolah bicara pada dirinya sendiri.
"Doyle... bagaimana kalau kita ciptakan satu panggung terakhir?"
Aku menoleh. "Maksudmu?"
Arthur menatapku, serius. “Bukan introgasi. Bukan tekanan. Tapi… jebakan. Sebuah pertunjukan yang akan membuat pelaku tak punya tempat untuk bersembunyi.”
Aku mengangkat alis. “Jebakan? Seperti...?”
Dia tersenyum kecil. “Kita beri mereka apa yang mereka inginkan: sebuah akhir. Tapi akhir yang kita tentukan.”
Aku tertawa pelan. “Kau gila.”
“Gila yang benar,” katanya.
Aku menatap tubuh Elijah untuk terakhir kalinya hari itu. “Baiklah... saatnya menulis babak terakhir.”
Ravenmoor, kota tua di Eropa bagian Timur yang memiliki gedung gedung tinggi menjulang bak gedung geudng gothic tahun 90an. Doyle Ford dan Arthur Ford (saudara sekaligus partner nya dalam menelesaikan kasus) berlibur kesana untuk menonton teater dari sang Aktor Terkenal -Elijah Vaskov. Namun, nampaknya kesenangan itu hanya bertahan sementara.
Sang Aktor ditemukan tewas saat drama terakhir dimainkan. Panggung yang penuh tepuk tangan itu perlahan mulai terdengar jeritan panik dna histeris. Semua penonton seketika amburadul. Doyle dan Ford seketika beranjak dari kursi penonton dan melakukan apa yang arus mereka lakukan, walaupun ini tidak ada dalam daftar kegiatan yang hendak mereka lakukan.
Comments (0)
See all