Please note that Tapas no longer supports Internet Explorer.
We recommend upgrading to the latest Microsoft Edge, Google Chrome, or Firefox.
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
Publish
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
__anonymous__
__anonymous__
0
  • Publish
  • Ink shop
  • Redeem code
  • Settings
  • Log out

When Winter Met Autumn

Bab 8 : Musim Yang Membawa Luka

Bab 8 : Musim Yang Membawa Luka

Oct 18, 2025

Malam itu, hujan salji turun lebih lebat dari biasa.
Lampu jalan memantulkan cahaya pucat di atas salji yang basah, dan di luar wad kecil itu, Winter duduk di bangku, kepala tertunduk, tangan menggenggam erat topi yang dah lama lusuh.

Di dalam, ibunya terbaring lemah — wajah pucat tapi masih dengan senyuman yang selalu buat dia bertahan.
Dia menatap dari jauh, dada terasa sesak.

“Jangan risau, Winter… ibu cuma penat sikit,”
kata ibunya perlahan petang tadi. Tapi Winter tahu — itu bukan sekadar ‘penat’.

Dia tahu sebab sejak ayah pergi, ibu terlalu banyak memendam.
Dan dia pula terlalu sibuk kerja, sampai lupa ada seseorang di rumah yang menunggu sekadar untuk berbual.

Dia tunduk, menggigit bibir sendiri menahan sebak.

Beberapa jam kemudian, bunyi langkah lembut berhenti di belakangnya.
“Winter…”

Dia menoleh — suara itu, lembut tapi cukup buat jantungnya berdegup laju.

Autumn berdiri di situ, dengan mantel tebal dan bekas makanan di tangan. Hujan salji melekat pada rambut dan bahunya, tapi dia hanya tersenyum kecil.

“Macam mana ibu awak?”
Winter terdiam seketika sebelum menjawab perlahan, “Masih lemah… tapi doktor kata akan stabil.”

Autumn angguk, lalu hulurkan bekas makanan.
“Saya masak sikit. Awak belum makan, kan?”

Winter pandang bekas tu lama — antara rasa terharu dan tak tahu nak cakap apa.
“Awak tak patut datang sejauh ni, salji lebat…”
“Tapi kalau saya tak datang, siapa nak pastikan awak makan?”
Nada suaranya tenang, tapi cukup buat dada Winter terasa hangat.

Dia buka bekas tu perlahan. Sup panas — sederhana, tapi baunya cukup buat mata dia terasa pedih.

“Terima kasih,” bisiknya perlahan.
Autumn cuma senyum, lalu duduk di sebelahnya tanpa banyak kata.

Hujan salji terus turun, dan dalam senyap tu, dunia seakan berhenti sekejap.
Cuma bunyi nafas mereka yang berlanggar dengan udara sejuk.

Winter akhirnya bersuara, perlahan.
“Autumn… awak pernah rasa takut kehilangan?”
Autumn berpaling, memandang wajahnya yang separuh disinari cahaya jalan.
“…Pernah. Tapi saya lagi takut kalau tak sempat hargai.”

Winter tunduk, senyum nipis, dan entah kenapa — malam itu, ayat tu terus melekat dalam dadanya.

 Antara luka dan musim yang beku,
kadang yang paling hangat cuma hati yang masih belajar mencintai dalam diam.
bungaelorea
bunga elorea

Creator

Recommendation for you

  • Secunda

    Recommendation

    Secunda

    Romance Fantasy 43.2k likes

  • Silence | book 2

    Recommendation

    Silence | book 2

    LGBTQ+ 32.3k likes

  • What Makes a Monster

    Recommendation

    What Makes a Monster

    BL 75.2k likes

  • Mariposas

    Recommendation

    Mariposas

    Slice of life 220 likes

  • The Sum of our Parts

    Recommendation

    The Sum of our Parts

    BL 8.6k likes

  • Find Me

    Recommendation

    Find Me

    Romance 4.8k likes

  • feeling lucky

    Feeling lucky

    Random series you may like

When Winter Met Autumn
When Winter Met Autumn

401 views7 subscribers

Dia sempurna di mata semua orang, tapi menyembunyikan seribu beban.
Dia punya segalanya, tapi mencari erti sederhana.
Dan bila dua musim bertemu — segalanya berubah.
Subscribe

30 episodes

Bab 8 : Musim  Yang Membawa Luka

Bab 8 : Musim Yang Membawa Luka

15 views 3 likes 0 comments


Style
More
Like
List
Comment

Prev
Next

Full
Exit
3
0
Prev
Next