Hujan turun sejak pagi.Café hari itu sunyi, hanya bunyi titisan di kaca jendela menemani aroma kopi yang baru dibru.Winter berdiri di belakang kaunter, diam tanpa banyak bicara.Autumn duduk di meja tepi tingkap seperti biasa, tapi kali ini tiada senyuman, tiada tawa kecil yang selalu memenuhi ruang itu.Mereka berdua berada dalam tempat yang sama — tapi terasa jauh berpuluh batu.“Cappuccino satu,” suara lembut itu akhirnya kedengaran.Winter menoleh seketika, lalu mengangguk tanpa kata.Dia tahu pesanan itu. Sama seperti dulu. Tapi kali ini, semuanya terasa hambar.Bukan sebab rasa kopi, tapi sebab rasa di hati.Beberapa minit kemudian, dia letakkan cawan itu di atas meja Autumn.“Terima kasih,” ujar Autumn perlahan.Winter hanya mengangguk. “Sama-sama.”Senyap.Bunyi hujan jadi satu-satunya saksi antara dua jiwa yang sedang menahan sesuatu yang tak terucap.Autumn menunduk, menatap cawan di hadapannya. Bayangan wajah Winter terpantul samar di permukaan kopi itu.Dia rindu cara Winter senyum — rindu suara lembutnya. Tapi semua itu terasa makin jauh sejak hari ayahnya datang.“Winter…”Suara itu terbit perlahan, seakan takut kalau dunia mendengarnya.Winter berpaling sedikit, menatapnya.“Ya?”“Kalau suatu hari nanti awak tahu saya bukan orang yang awak sangka…”Dia berhenti. Nafasnya berat.“…awak masih akan pandang saya dengan cara yang sama ke?”Winter terdiam. Pandangannya jatuh pada mata Autumn — mata yang dulu selalu jujur, tapi kini dipenuhi takut.“Kenapa tiba-tiba tanya macam tu?” suaranya tenang, tapi di dada, jantungnya berdetak laju.Autumn hanya senyum kecil. “Tak ada apa. Cuma… terfikir je.”Dia cuba ketawa perlahan, tapi suaranya pecah di hujung.Winter tak menjawab. Dia cuma memerhati — dan untuk pertama kali, dia sedar, ada sesuatu yang sedang retak di antara mereka.Bukan sebab salah siapa.Tapi sebab kebenaran yang belum sempat terucap.Hujan terus turun.Cawan kopi Autumn perlahan-lahan menjadi sejuk, sama seperti jarak antara mereka berdua.Dan di luar sana, langit kelabu menyembunyikan segalanya — termasuk rasa yang tak sempat mereka selamatkan.