Pagi itu, sinar matahari menyelinap perlahan melalui tingkap kaca café. Bau kopi baru diseduh memenuhi ruang kecil itu — dan di tengahnya, Winter berdiri dengan apron hitam yang sudah lusuh tapi tetap kemas.
Di satu sudut, Autumn sedang membaca buku. Wajahnya tenang, jemarinya menggenggam cawan kopi yang masih berasap.
“Awak tahu tak,” suara Winter memecah sunyi, “pelanggan lain semua suka kopi awak tu.”
Dia sempurna di mata semua orang, tapi menyembunyikan seribu beban.
Dia punya segalanya, tapi mencari erti sederhana.
Dan bila dua musim bertemu — segalanya berubah.