Di bawah langit kelabu Eropa Timur, kereta berhenti perlahan di stasiun tua Ravenmoor. Hujan gerimis
menyapu kaca jendela, menciptakan irama lembut yang seakan mengiringi bisikan kematian yang belum
terjadi.
Di balik tebal kabut yang menyelimuti, tampak dua sosok siluet muncul dari ujung peron. Yang satu
bertubuh tinggi, mengenakan mantel jas panjang yang berkibar tertiup angin. Sorot matanya tajam di balik
kerah tinggi mantelnya. Di sisinya, seorang pria sedikit lebih pendek, mengenakan setelan jas gelap dan
topi fedora yang membayang wajahnya. Mereka tampak kontras, namun langkah mereka seirama.
Itu aku, Doyle Ford, detektif swasta yang baru saja menyelesaikan kasus kematian misterius di Bellagio.
Dan di sisiku adalah partner sekaligus rekanku, Arthur Ford. Ya, Kami bersaudara, dan sudah seperti
bayangan satu sama lain di tiap penyelidikan. Hari itu, kami tidak berniat mencari perkara. Kami hanya
ingin rehat. Namun takdir, seperti biasa, punya rencana lain.
Ravenmoor adalah kota yang seolah berhenti di abad ke-19. Gedung-gedung gothic menjulang, dan di
pusatnya berdiri bangunan megah: Ravenmoor Theatre—teater tua yang menjadi pusat budaya sekaligus
kebanggaan kota. Penduduk sedang bersiap menyambut pagelaran tahunan terbesar mereka.
Kami memutuskan untuk ikut menonton malam pementasan itu. Duduk di barisan tengah, kami menikmati
iringan orkestra dan suasana penonton yang penuh antusiasme.
Di dalam teater, lampu mulai redup. Musik klasik perlahan mengalun. Denting piano menyambut tirai yang akan segera terbuka. Penonton menahan napas, termasuk kami.
Pukul 22.47
Tirai perlahan terangkat.
Sorotan lampu menyorot panggung yang masih kosong.
Lalu... muncullah tubuh itu.
Elijah Vaskov, aktor utama malam itu, tergantung di tengah panggung. Lututnya tertekuk, seolah ia diturunkan perlahan, bukan dijatuhkan. Ia mengenakan kostum panggung lengkap, dan di pangkuannya tergeletak sebuah naskah terbuka—halaman bertuliskan: Scene 5 – Elijah’s End.
Wajahnya tersenyum. Senyum yang terlalu damai untuk sebuah kematian.
Beberapa penonton bertepuk tangan—mengira itu bagian dari pertunjukan.
Namun detik berikutnya, seorang wanita menjerit.
Aku dan Arthur langsung berdiri. Kami menerobos barisan kursi, melompati pagar pembatas, dan naik ke panggung.
Seorang pria berseragam panitia berdiri terpaku di sisi panggung, gemetar. "H-hey men, who are you?!"
Aku tak menjawab langsung. Langkahku tak terhenti hingga aku berdiri tepat di bawah tubuh Elijah. Aku mendongak menatap wajahnya… lalu bergumam, "Seseorang ingin panggung ini menjadi nisan."
Arthur menyusul. Ia berbalik menghadap semua orang.
"Doyle Ford," ucapku pelan, tapi cukup jelas untuk didengar semua orang.
"Dan aku, Arthur Ford," tambahnya.
Penonton, kru, dan pemain membeku. Beberapa menatap kami dengan mata membesar. Seorang wanita menutup mulutnya, seolah tak percaya.
"doyle and arthur, is that them?" bisik seseorang dari balik tirai.
Satu per satu mulai sadar... bahwa pementasan malam itu baru saja berubah menjadi penyelidikan nyata. Dan kami, sekali lagi, berdiri tepat di panggung pembuka sebuah misteri kematian.
Dan ini… adalah lakon yang tak tertulis dalam naskah.
Ravenmoor, kota tua di Eropa bagian Timur yang memiliki gedung gedung tinggi menjulang bak gedung geudng gothic tahun 90an. Doyle Ford dan Arthur Ford (saudara sekaligus partner nya dalam menelesaikan kasus) berlibur kesana untuk menonton teater dari sang Aktor Terkenal -Elijah Vaskov. Namun, nampaknya kesenangan itu hanya bertahan sementara.
Sang Aktor ditemukan tewas saat drama terakhir dimainkan. Panggung yang penuh tepuk tangan itu perlahan mulai terdengar jeritan panik dna histeris. Semua penonton seketika amburadul. Doyle dan Ford seketika beranjak dari kursi penonton dan melakukan apa yang arus mereka lakukan, walaupun ini tidak ada dalam daftar kegiatan yang hendak mereka lakukan.
Comments (0)
See all