Please note that Tapas no longer supports Internet Explorer.
We recommend upgrading to the latest Microsoft Edge, Google Chrome, or Firefox.
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
Publish
Home
Comics
Novels
Community
Mature
More
Help Discord Forums Newsfeed Contact Merch Shop
__anonymous__
__anonymous__
0
  • Publish
  • Ink shop
  • Redeem code
  • Settings
  • Log out

EXREA

Where The Job Introduced — 1

Where The Job Introduced — 1

May 10, 2025


10 Maret, Tahun 1672 - Kota Ardstin, Vrisga.


Hari itu adalah hari Senin. Langit terlihat cerah, sinar matahari menyinari gedung tinggi dan keramaian kota tersebut nampak memenuhi jalanan luas. Tak sedikit kendaraan berlalu lalang, pula dengan manusia yang tak sedikit berjalan berseberangan.


Ah, betapa damainya. Terik matahari mendekati jam pulang kerja pada umumnya pegawai kantor pulang, mungkin akan terasa menyenangkan jika dinikmati dengan sebatang es krim di tangan, siap disantap.


Seandainya hidup memang semulus itu—sebab es krim di tangan pemuda yang malang tersebut, harus jatuh disebabkan oleh seorang manusia yang tak sengaja menyenggolnya.


“Kyaa, jambret—! Tolong!”


Manusia yang menyenggolnya, rupanya seorang penjambret. Larinya sangat kencang dengan membawa tas dari seorang perempuan, cekatan menghindari kerumunan. Seakan kejahatan itu telah direncanakan, sebuah motor mendekatinya, kemudian pencuri itu bergegas melompat ke arah motor tersebut.


Beberapa orang nampak berusaha mengejarnya, namun kencangnya laju motor membuat mereka kesusahan. Sedangkan pemuda malang yang meratapi es krimnya, menatap pilu atas kematian es krim yang telah meleleh di atas aspal.


“Es krim yang kubeli setelah antri dua jam…”


Merasa tak mampu menolong es krim yang masih terkapar, gerakannya sangat cepat—terlalu cepat untuk mata manusia biasa mengikuti. Dia menerjang pengendara motor yang merupakan komplotan penjambret, menendang motor mereka hingga terpental dari motor mereka.


Tidak memberikan ampun, kedua manusia itu telah terpental dari motor yang ditendangnya, terguling, tampak terkapar—pemuda yang menendang motor mereka telah berada di depan mata, kesal, menarik leher baju si pelaku penampik es krimnya.


“Ganti es krimku yang telah kau lempar, sialan! Kau tidak tahu aku harus mengantri selama dua jam cuma untuk mendapatkan satu batang, hah?!”


Kerumunan pun terjadi, menggerombol ke tempat dimana pemuda itu marah karena insiden es krim—sebuah kecelakaan setelah penjambretan terjadi.




“... Dan karena itu, anda akhirnya melempar kedua penjambret itu ke kantor polisi, karena kesal sebab es krim yang mereka jatuhkan dari tangan anda?”


“Bukan hanya sekedar es krim! Versi terbatas, aku mengantri dua jam! D-U-A J-A-M! Yata! Aku bahkan belum menggigit setengahnya! Bagaimana aku tak marah?!”


Kantor yang semula tenang sebelum kedatangan sang pemuda hadir, kini cukup riuh dikarenakan kehadirannya. Pria berkacamata dan berkulit gelap yang bertutur kata santun masih nampak terfokus dengan pekerjaannya sendiri—di komputernya, mengurus data yang masuk.


Yamato Yata-garasu namanya, pria tersebut gemar berpakaian rapi dengan kombinasi warna gelap.


“Ya, saya mengerti perasaan anda.” Dengan singkat, ia menjawabnya. Suara ketikan dari keyboard terdengar teratur, terasa tak menghiraukan kekesalan sang pemuda yang duduk seenaknya di sofa tengah ruangan kantor mereka.


“Cih, seharusnya kupukul saja mukanya. Mau balik ke tempat es krim itu, pasti mengantri lagi. Malas sekali, panas pula.”


Mungkin keluh-kesahnya jika dibandingkan dengan perilaku anak-anak, hampir tidak ada bedanya. Namun, tubuhnya jauh dari dikatakan sebagai anak-anak.


“Begitu rupanya. Setidaknya, anda telah menolong manusia yang tidak beruntung dengan kesialan anda dan insiden es krim barusan. Keiron, mungkin hal ini bisa membantu kegusaran hati anda yang tak sempat merasakan es krim edisi terbatas yang malang.”


Pria berkacamata tersebut menyerahkan sebuah dokumen yang telah ia cetak sebelum pemuda ini datang.


Keiron, nama pemuda berambut pendek dan berkulit pucat tersebut menerima dokumen yang diberikan kemudian membacanya.


Enam nama dan foto anak berumur rata-rata delapan hingga tiga belas tahun, hilang dalam hitungan tiga minggu.


Tidak membedakan apakah mereka laki-laki atau perempuan, pola mereka menghilang selalu memiliki kesamaan : di antara hari Senin atau Jumat pada saat malam hari, melewati sebuah gang di dekat distrik Preka, anak-anak tersebut secara misterius hilang.


Hanya ditemukan beberapa barang yang tergeletak sebagai bukti, seperti pakaian yang mereka kenakan atau tas yang mereka bawa.


“Huh. Bocah hilang selama tiga minggu? Aku tidak yakin mereka akan kembali dengan utuh.” Ujar Keiron seraya menaruh dokumen tersebut di meja, selesai membaca sekilas.


“Itulah mengapa, tak ada salahnya mencari tahu. Karena pihak aparat kepolisian tidak mampu melakukannya, maka mereka mengirimkannya kemari.”


Keiron mencibir saat mendengar penjelasan Yata-garasu sebelumnya. Telah bekerja beberapa puluh tahun bersama pria berkacamata tersebut, ia mulai memahami sekelompok manusia berseragam yang bahkan tak becus mengejar penjambret di siang bolong tadi.


“Hah, tidak mengherankan! Manusia-manusia seperti itu seharusnya dicopot saja jabatannya. Menangkap jambret saja tidak bisa.”


“Manusia saat ini semakin cerdik dalam melakukan kejahatan, itulah mengapa. Lagipula, pada umumnya, tidak akan ada manusia yang bisa bergerak secepat anda, Keiron.”


Suara ketikan dari keyboard perlahan memelan, terlihat bahwa pria berkacamata tersebut bangkit dari kursi empuknya. Mengenakan jas luar dan menarik tongkat khusus berwarna keemasan—siapapun tahu bahwa mulai dari sepatu, setelan jas hingga tongkat yang ia miliki, merupakan barang mewah dan bermerek.


Termasuk setelan yang stylish dan nyaman dikenakan oleh Keiron.


“Oho~ Tumben mau turun tangan. Ada angin apa nih? Biasanya kau bahkan akan bilang untuk, ‘tolong kerjakan ini’ kepadaku.”


Meski terdengar seperti mengejek, wajah Keiron berekspresi sebaliknya. Seperti bocah senang yang akhirnya akan ikut berwisata bersama sang ayah—dia yang tadinya terlihat bermalasan, kini langsung sigap berdiri.


“Saya memiliki firasat bila ini bukanlah kasus biasa. Lagipula, hari ini adalah waktu yang tepat untuk melakukannya… dan anda seharusnya menyadari sesuatu.”


Keiron menelengkan kepalanya, terlihat berpikir. Tidak menemukan maksudnya, mata kuning keemasannya menatap balik ke dokumen yang tadi dibaca sekilas.


Mulutnya membulat ‘oh’ cukup lebar.


“Distrik Preka… Bukannya distrik itu tempat tinggal orang kaya?”


Yata-garasu membenahi kacamatanya, mulai melangkah mendekati pintu kantor.

makuva
M.K.V.

Creator

Comments (0)

See all
Add a comment

Recommendation for you

  • What Makes a Monster

    Recommendation

    What Makes a Monster

    BL 74.1k likes

  • Arna (GL)

    Recommendation

    Arna (GL)

    Fantasy 5.4k likes

  • Invisible Boy

    Recommendation

    Invisible Boy

    LGBTQ+ 11.2k likes

  • Touch

    Recommendation

    Touch

    BL 15.3k likes

  • Siena (Forestfolk, Book 1)

    Recommendation

    Siena (Forestfolk, Book 1)

    Fantasy 8.1k likes

  • Secunda

    Recommendation

    Secunda

    Romance Fantasy 42k likes

  • feeling lucky

    Feeling lucky

    Random series you may like

EXREA
EXREA

205 views1 subscriber

[ New Update Every Week on Saturday ] Perhaps you have been wondering whether there are any beings other than humans who reside in this world, whether we are living side by side. Excitement to interact or know more about them might be inevitable for some. Curiosity is a good thing, but have you ever consider the danger to delve deeper to seek the answer? Extravagant Bureau━known as EXREA might be able to help you answer those curiosity without endangering yourself. Are you brave enough to know the answer by coming to EXREA?
Subscribe

8 episodes

Where The Job Introduced — 1

Where The Job Introduced — 1

48 views 0 likes 0 comments


Style
More
Like
List
Comment

Prev
Next

Full
Exit
0
0
Prev
Next