Sinar matahari masuk melalui celah tirai, membuat Can terbangun.
'hmm.. hangatnya.' pikir Can saat dirinya merasakan hangat dan nyaman.
Tetapi tidak berapa lama akhirnya ketenangannya terganggu kala matanya merasakan hembusan hangat. Ia mencoba membuka matanya, menyelaraskan penglihatannya dengan cahaya terang.
'Dimana ini? Ah, masih di kamar Ae dan Pond.'
Saat ia tau dimana dirinya berada, ia berpikir mungkin semalam ia tertidur jadi tidak sempat untuk kembali ke kamarnya. Ya mungkin begitu. Akhirnya ia coba memposisikan tubuhnya lagi untuk melanjutkan tidurnya karena badannya saat ini sangat sakit dan pegal.
Saat menutup mata, tiba-tiba bayangan malam tadi mulai teringat lagi.
Tantangan itu, "Can, aku tantang kamu untuk memberikan blowjob pada Tin hingga keluar!"
Bayangan dia dan Tin di dalam kamar karena mereka dikunci,
Bayangan dia yang memberikan mulutnya bekerja pada junior Tin,
Bayangan kegiatan panas yang mereka lakukan berulang-ulang kali,
Bayangan tentang desahan dan erangan yang dikeluarkan oleh mulut mereka berdua saat berlomba-lomba mencapai kepuasan,
Bayangan dia dan Tin melakukan hubungan badan.
Seketika mata Can terbuka dan ia langsung cepat-cepat terbangun.
"SHIAAA! BANGSAT SAKIT BANGET!!" Teriak Can kesakitan saat merasakan seluruh badannya pegal apalagi bagian bokongnya yang ngilu dan panas. Keringat dingin mulai terlihat di kening Can, efek semalam sudah mulai terasa jelas.
"Kenapa? Sakit?"
Suara pelan itu terdengar begitu menakutkan bagi Can, ia hanya diam sambil menahan nyeri badannya. Mau nangis tapi dia pria, tapi kalau gak nangis kan sakit banget.
Melihat Can yang tidak menjawab pertanyaannya dan wajah yang menahan sakit itu akhirnya Tin beranjak dari kasur dan mulai memunguti baju-bajunya. Tanpa kata ia langsung pergi meninggalkan Can.
"Kan BANGSAT! Habis manis sepah dibuang. Habis ngambil keperjakaan aeng dia langsung kabur!"
Can menitikkan air matanya, sepertinya bukan hanya badannya saja yang sakit tetapi hatinya yang lebih merasakan sakit yang teramat sangat.
Agak lama Can menangis, ia mendengar suara pintu terbuka. Sepertinya Can harus menyiapkan alasan yang logis jika Ae atau Pond bertanya.
"Minum ini biar sakitnya berkurang."
Eh??
Can mendongakkan kepalanya melihat Tin yang ternyata kembali lagi. 'dia gak jadi pergi??'
"Aku keluar sebentar membeli obat penahan rasa nyeri. Maaf semalam aku kebablasan sampai membuat kamu kesakitan."
Lho kok?
"Kamu tadi pergi beli ini?" Tanya Can yang masih setia memegang gelas di tangan kanannya dan obat di tangan kirinya. Bukan cuman itu yang membuat Can terkejut. Tin yang terkenal dingin dan cuek itu mau membelikannya obat? Terus tadi itu apa-apaan, kenapa dia ngomong panjang lebar?? Sepertinya para fansnya itu mengada-ada mengatakan Tin cuek dan hemat kata.
Can mengambil gelas dan juga obat dari tangan Tin, semoga sesudah ini pantatnya gak kaya habis di belah pakai sabit lagi. Sakitnya gak tahan booorr (´°̥̥̥̥̥̥̥̥ω°̥̥̥̥̥̥̥̥`)
"Kalau udah gak sakit cepat pakai baju terus pulang. Atau kamu pengen aku anterin?" Tanya Tin selow, mukanya biasa bang, pasang wajah khawatir kek biar keliatan baeknya. (¬、¬)
"Antarkan aku pulang. Setidaknya kamu harus bertanggung jawab karena bikin aku gak bisa jalan hari ini!" Tuntut Can pada Tin.
Can beranjak dari kasur dan mulai memakai pakaiannya, sedangkan Tin mengganti sprei kasur Pond dengan yang baru karena sprei tadi malam sudah basah karena aktivitas malam mereka. Can masih saja ngedumel karena setiap ia bergerak masih terasa sakit di bagian bawahnya, mungkin lecet dia pikir. Di satu sisi Tin yang sudah menyelesaikan tugasnya hanya tersenyum kecil melihat wajah marah Can yang bercampur dengan kesakitan itu.
***
Selama perjalanan menuju ke asrama milik Can tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Mereka asyik dengan pikiran masing-masing. Gak dipungkiri kalau sebenarnya Can menaruh rasa pada lelaki yang dijuluki Prince Ice ini, siapa yang tidak menyukainya? Tinggi, pintar, jago basket, kaya dan juga tampan. Tetapi Can menyukainya saat mereka bertemu di hari pertama perkuliahan dimulai. Bukan karena alasan-alasan itu. Tetapi Can jatuh cinta pada Tin saat dirinya memergoki pangeran es itu sedang menemukan anak anjing yang sedang tersesat dan sakit. Pertama kalinya ia melihat ekspresi yang tidak pernah ditunjukan Tin di depan umum. Bagaimana dia membuat anak anjing nyaman dipelukannya. Begitu Can menyukainya tetapi yang bisa dia lakukan adalah mengagumi dari jauh hingga..tadi malam.
Bohong kalau dia bilang dia gak bahagia. Siapa yang gak senang kalau ternyata gebetannya juga tau eksistensinya? Siapa yang gak bahagia bisa menghabiskan malam indah bersama orang yang dipuja?
"Aa-aku bukan gay. Tetapi kalau kamu mau aku akan bertanggung jawab."
...atau tidak?
Can seketika langsung menoleh ke arah Tin yang sedang menyetir itu. Ia bilang kata-kata itu dengan santainya seolah-olah kata-kata itu bukan hal yang penting?
"Maksud kamu?" Tanya Can gugup.
"Maksudku, aku bukan gay yang menyukai laki-laki. Kejadian tadi malam ini karena kita berdua mabuk dan lagipula yang mulai kamu."
Hati Can tiba-tiba terasa sakit, seperti ada yang meremas. Dia tau kalau Tin tidak akan mungkin menyukainya, tetapi apa tidak bisa dia mengatakannya dengan halus?
Keduanya terdiam lagi untuk beberapa saat hingga akhirnya sampai di depan asrama Can.
"Jadi?" Tin mengulangi lagi pertanyaan bodohnya itu.
"Apa?"
"Ya kalau kamu mau aku bisa bertanggung jawab. Ya, kamu tau, sebagai pacar kamu."
"Ti-tidak perlu." Can melepaskan seltbelt nya dan membuka pintu mobil dengan tangan gemetar, takut. Tetapi sebelum ia pergi, Can memberanikan hatinya dan berkata :
"Aku hanya ingin berteman denganmu Tin."
Sebelum Tin bisa menjawab, Can sudah pergi dengan tertatih-tatih masuk ke dalam asramanya.
TRUTH OR DARE
END

Comments (0)
See all